Artinya, dengan harga minimal Rp 3,5 trilyun setidaknya dibutuhkan tambahan Rp 700 miliar. Padahal, jika merujuk kredit ekspor yang ditawarkan negara peminjam pembangunan sarana pendukung tidak termasuk item produk pengadaan senjata. Contohnya kredit negara US$1 milyar yang ditawarkan Rusia. Pembangunan dengan biaya besar dari dana APBN jelas sulit dilakukan. Minimnya dana pertahanan yang diterima Dephan beberapa tahun belakangan tentu membuat Dephan harus menetapkan prioritas. Dipastikan pembangunan sarana tidak dianggap mendesak.
Dari kajian TNI AL, tiga negara produsen menjadi incaran yakni Rusia, Jerman, dan Korea. Sementara itu, Dephan dalam waktu dekat akan menetapkan pemenang tender overhaul kapal selam KRI Nanggala-402. Pertama adalah HDW dari Jerman dan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd dari Korea Selatan. Hingga kini Dephan masih menjajaki kedua calon pemenang tender tersebut. Perbaikan menyeluruh kapal selam tipe 209 itu tampaknya condong dilakukan di galangan kapal Korea. Alasannya, sebelumnya matra laut telah melakukan overhaul kapal selam KRI Cakra-401 di tempat yang sama. Negeri gingseng juga menawarkan alih teknologi.